1.000 Pembaca Kritis Setiap Tahun: Langkah Berkelanjutan Untuk Raih Indonesia Emas

Indonesia bercita-cita menjadi kekuatan global pada tahun 2045. Tetapi, hanya 25% anak Indonesia yang merupakan pembaca kritis. Program Literaton hadir sebagai solusi nyata dengan tujuan pasti: seribu pembaca kritis, seribu harapan baru.

1.000 Pembaca Kritis Setiap Tahun: Langkah Berkelanjutan Untuk Raih Indonesia Emas
Image by masrob on Shutterstock

Generasi Emas 2045 Tinggal Dua Dekade Lagi, Siapkah Anak Indonesia?

Tahun 2045 sering disebut sebagai momen emas Indonesia: bonus demografi, ekonomi kelima dunia, generasi unggul yang produktif, dan berdaya saing global.

Dua dekade dari sekarang, anak-anak usia 8 hingga 12 tahun hari ini akan berada di titik puncak usia produktif. Merekalah calon inovator, pembuat kebijakan, dan pemimpin masa depan bangsa.

Apa yang perlu dipersiapkan Indonesia sesungguhnya sudah jelas. Berdasarkan asesmen Programme for International Student Assessment (PISA) 2022, masih ada 75% anak dan remaja Indonesia yang belum mampu memahami isi bacaan pada tingkat minimum. Mereka yang memiliki kemampuan berpikir kontekstual, membedakan fakta dan opini, atau memahami teks panjang dengan makna tersirat juga bisa dikatakan baru segelintir.

Fondasi berpikir yang kokoh sejak dini merupakan jalan menuju mimpi besar 2045. Pendeknya, calon Generasi Emas 2045 kita adalah para pembaca kritis yang semestinya dibangun sejak usia sangat belia.

Anak yang bisa membaca, tak lantas ia literat. Tanpa pemahaman yang dalam, banyak anak hanya mampu membaca di permukaan. Bukan karena mereka lemah, tetapi karena sistem belum cukup mendukung mereka untuk berpikir lebih jauh. Di lapangan, inilah tantangan yang perlu diatasi.

Tantangan lain hadir ketika menurut data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2024, 48,1% anak-anak Indonesia berusia di bawah 12 tahun sudah terkoneksi ke internet. Namun, tanpa kecakapan literasi digital dan keterampilan berpikir kritis, mereka justru rentan disinformasi, bias, dan konten yang membingungkan. 

Di era digital, menjadi pembaca kritis adalah target yang kompleks. Anak-anak perlu mampu menyaring informasi, mengenali maksud tersembunyi, dan memahami konteks, bukan sekadar membaca cepat. Keterampilan abad ke-21 seperti berpikir reflektif, membuat keputusan, dan memilah kebenaran sudah mutlak perlu berkembang, jika Generasi Emas 2045 hendak jadi tujuan.

Mimpi Tak Perlu Ditunda, Solusinya Sudah Dapat Dimulai!

Di tengah berbagai tantangan, membangun generasi pembaca kritis bukan sekadar wacana ideal. Solusinya ada. Bahkan, sudah bisa mulai dijalankan. Tidak perlu menunggu 2045 tiba. Saatnya menggerakkan siswa, guru, dan sekolah!

Program PiBo Literaton 2025–2026 lahir dari kesadaran bahwa masalah literasi bukan hanya soal “bisa membaca”, namun soal bagaimana anak berpikir dari apa yang dibacanya. Literaton hadir dengan pendekatan menyeluruh: pembelajaran berbasis cerita, diskusi, tantangan membaca, serta proyek akhir yang mendorong anak memahami, mempertanyakan, dan mengaitkan bacaan dengan kehidupan nyata.

Selama satu tahun ajaran, sekolah peserta mendapatkan akses ke lebih dari 1.000 buku cerita digital berkualitas dan terkurasi, 36 modul ajar dan asesmen berbasis kurikulum. Tersedia juga pelatihan intensif untuk guru di bidang literasi, wawasan digital, dan kepemimpinan kelas. Semua kegiatan didesain agar literasi tidak sekadar jadi pelajaran, akan tetapi menjadi bagian dari budaya belajar di sekolah.

Siswa belajar menyampaikan pendapat dari bacaan, serta guru merasa lebih percaya diri memfasilitasi diskusi kelas. Inilah bentuk perubahan kecil yang berdampak besar.

Tak hanya itu, Literaton juga menjembatani kesenjangan teknologi dan sumber daya. Dengan dukungan teknologi pendidikan melalui platform pembelajaran dan pendampingan penuh, program ini membantu sekolah mengoptimalkan potensi belajar di tengah era digital.

Literaton menargetkan 1.000 pembaca kritis baru setiap tahun, dengan sistem pemantauan berbasis data: mulai dari durasi membaca harian siswa, skor asesmen literasi, hingga tingkat keberhasilan proyek dan pelatihan guru.Ini bukan sekadar inisiatif inspiratif, tetapi intervensi literasi yang terukur.

Satu Langkah Anda, Seribu Masa Depan Anak

Setiap anak yang hari ini belajar menjadi pembaca kritis adalah satu langkah menuju Indonesia yang lebih kuat, adil, dan berdaya saing global. Namun, perubahan ini tidak bisa berjalan sendiri.

Literaton memerlukan dukungan, kolaborasi, dan komitmen dari banyak pihak, termasuk ANDA!

Program Literaton bukan sekadar upaya PiBo, tapi sebuah gerakan kolaboratif untuk memastikan bahwa mimpi besar 2045 tidak menjadi ilusi. Dengan kontribusi Anda sebagai pendukung, lebih banyak sekolah bisa dijangkau, lebih banyak guru bisa diberdayakan, dan lebih banyak anak bisa tumbuh sebagai pembaca kritis bermasa depan cerah.

Sponsor pendukung program Literaton juga berkesempatan mengisi pelatihan, menyelenggarakan kampanye promosi sosial media eksklusif, membagikan materi promosi, produk, branded merchandise complimentary bagi peserta, serta mendapatkan berita acara dan laporan dampak program.

Bersama, kita bisa mencetak 1.000 pembaca kritis setiap tahun. Satu demi satu, yang terus bertumbuh.

Tertarik untuk terlibat atau mendukung Literaton? Mari berdiskusi lebih jauh! Kirim surel ke halo@bacapibo.com atau kunjungi Laman Kolaborasi kami.